Selasa, 22 Mei 2012

Suatu tempat yg hingga kini membuat  ingat bnr perjuangan bapak dan ibu, ketika menghantarkn ku.
Menunggu antrian pendaftaran kuliah yang kini aku jalani. Beberapa kali yang tertolak dari tempat itu, namun tak ada rasa asa untuk mendapat apa yang telah menjadi mimpiku. Tengah malem pun pernah terkapar di tengah jalanan yang baru ku kenal bersama bapak tercinta. Untuk mendapat tiket masuk ke tempat kuliahku ini.

Hari ini ku ingat peristiwa itu. Caping day, saat aku di ambil sumpah untuk menjadi tenaga medis yang siap sedia demi kemajuan kesehatan khalifah negri ini. Satu persatu, pasangan orang tua yang belum aku kenal memasuki ruangan ini. Namun, tak ada harapan kedua orang tua ku datang. Tak ada wakil yang menyaksikan aku pula.Tidak bisa kupungkiri, kelenjar lakrimalisku meteskan cairan. Yg sedikit kutahan,  agar tdk menghapus hijabku hari itu. Lantunan musik pengiring semakin memicu cairan indah itu keluar. Tes, tes, akhrnya nangis juga.
"seandainya bapak, ibu disini ada 2 kemungkinan yang akan terjadi. Tersenyum manis atau malah menangis terharu menyaksikan anak.nya ini. Tapi jauh d pikiranku telah tertanam kata "mereka sedang berjuang membela ku". Bagaimana tidak, mereka tak bisa menghadiri acara ku ini dg alasan beban tgs yg harus mereka emban. Saya pikir ibu saya saat ini sedang melayani pasien.nya yg sejak pagi tadi mengambil antrian.
Dan bapak saya sibuk dengan tugas proposalnya. angan ku ini semakin membuat pikirku kacau. Dan ingin menangis sejadi mungkin. Namun ada 1 hal yang membuat ku bersyukur karena mereka tdk bsa datang. Saat ini aku blum bsa memberikan piala prestasi terbaik di academy ini u/ mereka. "seandainya saja mereka disini sudah tentu mereka berkata dalam hati" kapan anak saya menjadi seperti itu"?

Dan saya akan menjawabnya "insya alloh tahun depan bapak, ibu"
jangn bosan" kau berharap u/ ku, anakmu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar